Saya masih heran dengan apa yang dinamakan
dengan “fanatik”. Menurut kamus besar bahasa indonesia (edisi kedua, Balai
Pustaka. Cetakan ketiga - 1994) fanatik adalah (adjektiva/kata benda) teramat
kuat (keyakinan) terhadap ajaran (politik, agama, dsb). Saya tidak akan
membahas definisi tentang fanatik. Saya hanya heran dengan implikasi fanatik yang
ada pada manusia-manusia di sekitar saya.
Menurut saya, manusia memiliki rasa fanatik
itu wajar. Karena, setiap manusia memiliki rasa dan hal-hal yang disukainya itu
berbeda dengan manusia yang lain, walaupun ada beberapa hal yang sama dengan
manusia lainnya. Tetapi, itu terbilang tidak banyak.
Di lingkungan tempat saya berinteraksi sosial
terbilang cukup unik. Karena, banyak sekali manusia-manusia yang fanatik akan
segala sesuatu. Hanya saja, manusia yang mengerti akan substansi dari fanatik
itu sedikit.
Saya ambil contoh dari dunia yang menjadi
tempat saya hidup. Yaitu, dunia musik. Dalam dunia musik, ada yang dinamakan
dengan genre (jenis musik). Genre musik sangat banyak, dari musik klasik, Blues, Jazz, hingga pop modern saat ini.
Sebut saja Dungdak. Dungdak adalah seorang
pemusik yang sedang belajar menjadi seorang musikus. Dungdak belajar bermain
gitar karena sewaktu kecil sudah sering mendengar lagu-lagu Rock dari ayahnya. Hingga suatu ketika,
Dungdak gemar mendengarkan lagu-lagu dari genre Rock. Dungdak sangat senang dengan lagu-lagu dari grup band Rock Amerika, yaitu Bon Jovi. Setiap
hari Dungdak mendengarkan lagu-lagu Bon Jovi hingga hafal dan bisa mengikuti
setiap not melodi dan chord setiap
lagu Bon Jovi yang sedang didengarnya.
Suatu ketika, Dungdak mencoba untuk membuat
grup band sendiri. Dungdak bertemu dengan pemusik-pemusik lain yang menyukai
genre musik berbeda dengannya. Setiap berkumpul dan membahas musik dengan
teman-teman grupnya sebelum ke studio, Dungdak selalu berkeras kepala bahwa
lagu-lagu yang paling keren adalah lagu dari Bon Jovi. Tentu saja temannya
tidak sependapat dengan Dungdak. Acapkali mereka hampir bersitegang, namun
karena Dungdak tidak memiliki referensi musik yang banyak, akhirnya Dungdak
mengalah.
Suatu ketika, Dungdak sudah cukup mahir dalam
bermain gitar. Dungdak mengidolakan Joe Satriani karena menurutnya, Joe
Satriani memiliki kemampuan dalam memainkan gitar sangat bagus. Dungdak mulai
membuka telinganya untuk genre musik yang lain.
Di jejaring sosialnya, Dungdak selalu membahas
tentang Joe Satriani dan banyak teman-temannya yang mengatakan bahwa “ada awan
diatas awan,” yang berarti, Joe Satriani bukan yang paling mahir dalam bermain
gitar. Karena setiap gitaris memiliki karakter dan ciri khasnya masing-masing.
Dungdak tidak dapat menerima argumen tersebut, Dungdak tetap saja berkeras kepala
bahwa hanya Joe Satriani lah yang paling mahir dan Bon Jovi lah yang paling
enak didengar.
Tidak hanya Dungdak. Satu contoh lagi dalam
kesalahan mengimplikasi rasa fanatik.
Sebut saja Tungkek. Tungkek adalah seorang
penggemar berat sebuah tim sepak bola yaitu Cubluk Sentosa Jaya F.C (hanya
rekayasa). Tungkek menyukai tim tersebut sejak sekolah dasar. Kini, Tungkek
sudah menjadi seorang mahasiswa.
Dalam perjalanan hidupnya, Tungkek selalu
menonton pertandingan tim kesayangannya tersebut baik menonton langsung di
stadion atau melalui televisi. Hanya sedikit sekali Tungkek melewati
pertandingan sepak bola tim kesayangannya tersebut. Tungkek juga tergabung
dalam organisasi penggemar klub Cubluk Sentosa Jaya F.C.
Suatu ketika, Tungkek sedang menghadapi ujian
nasional. Saat itu, Tungkek sedang duduk di tingkat SMP. Pertandingan sepak
bola tersebut digelar di sebuah kota yang cukup jauh dari tempat ia tinggal.
Tetapi, karena Tungkek tidak mau melewatkan pertandingan tersebut dan merasa
ingin menghargai ajakan dari organisasi penggemar klub tersebut, Tungkek
akhirnya pergi untuk menonton pertandingan tersebut. Alhasil, tim kebanggaannya
kalah dan Tungkek pulang larut malam. Ia sampai di rumah ketika alarm ditelpon
selulernya berbunyi. Dengan raut wajah yang lelah, Tungkek hanya mengganti
pakaian dengan seragam sekolahnya dan segera bergegas ke sekolah karena sedang
diadakannya ujian nasional. Tungkek pun sempat dimarahi oleh orang tuanya
karena tidak mempersiapkan materi yang akan dihadapi dalam ujian nasional. Alhasil,
Tungkek tidak dapat berkonsentrasi dan tidak lancar dalam menghadapi ujian
nasional.
Tidak sampai disitu. Saat Tungkek duduk
ditingkat SMA, Tungkek dihadapkan dengan kisah lain. Saat itu, tim
kebanggaannya bertanding. Namun, Tungkek tidak dapat menonton langsung melalui
televisi karena faktor cuaca yang tidak menentu di daerah tempat tinggalnya. Tim
kebanggaanya kalah, Tungkek menggerutu di jejaring sosial. Ia lebih tidak
terima karena ejekan dari temannya yang mendukung tim yang berbeda. Tungkek pun
kesal, Tungkek mengajak berkelahi dengan temannya karena tidak terima dengan ejekan
temannya tersebut. Tungkek berkelahi hingga babak belur.
Dundak dan Tungkek adalah contoh manusia fanatik.
Tetapi, tidak paham dengan substansi dari fanatik itu sendiri. Tidak hanya
saya, mungkin para pembaca pernah mengalami hal yang serupa dengan Dungdak atau
Tungkek. Saya pernah mengalaminya dan hingga saat ini, saya masih terganggu
dengan keberadaan manusia seperti Dungdak dan Tungkek.
Dalam pandangan saya, jelas Dungdak dan
Tungkek adalah contoh yang sangat mengganggu. Karena, bagi saya persatuan dalam
lingkungan interaksi sosial saya adalah hal yang tidak terbayar oleh apapun.
Dalam skala besar, hal tersebut dapat membahayakan kesatuan NKRI. Mungkin para
pembaca dapat melihat bagaimana dampak dari adanya beberapa organisasi penggemar
sebuah klub sepak bola atau organisasi penggemar grup musik yang acapkali membuat
onar dan sangat mengganggu. Belum lagi jika para pembaca melihat beberapa teman
anda bersitegang karena fanatik itu sendiri, saya hanya bisa tertawa.
Mungkin itu saja beberapa contoh dan pandangan
saya tentang fanatik. Salam saya :
Bung, seka dulu hingusmu. Terlihat hijau dan
mengganggu !
Salam Rokenroll !
No comments:
Post a Comment